Senin, 28 September 2015

Fenomena Kepadatan Penduduk



FENOMENA KEPADATAN PENDUDUK

A.     Latar Belakang



Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Ciri-ciri kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah tingginya pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah pemukiman di daerah tersebut. 

Pertumbuhan di dunia sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dunia yang berjumlah hampir mencapai 10 milliar jiwa. Adapun pembengkakan jumlah penduduk di dunia ini disebabkan angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian bayi. Variabel-variabel dalam problema kependudukan sangatlah kompleks, meliputi penduduk itu sendiri, kemiskinan, kesempatan kerja, pemukiman, kesehatan, gizi pendidikan, kejahatan, pencemaran lingkungan, krisis ekonomi, kelaparan, sandang, air bersih, kebodohan, keterbelakangan, fasilitas umum, fasilitas sosial. Nyaris faktor kepadatan penduduk menjadi pangkal segala problematika kehidupan manusia itu sendiri. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang tinggi sekitar 200juta jiwa, walaupun program Keluarga Berencana (KB) telah dilakukan namun kelahiran tidak bisa dihindari.

Bila dilihat dari luas wilayah pada peta persebaran penduduknya telihat tidak merata. Berdasarkan sensus penduduk 60% penduduk tinggal di pulau jawa sedangkan luas pulau jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Sedangkan pulau Kalimantan yang luas dengan luas wilayahnya hanya ditempati 5% dari jumlah penduduknya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepadatan penduduk tidak seimbang.



B.     Analisa



·         Teori gravitasi



Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region.

Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola interaksi atau keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah lainnya, adalah Model Gravitasi. Dalam hokum gravitasi dikatakan “besarnya kekuatan tarik menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik dengan jarak dua benda pangkat dua.” Penerapan model ini ini dalam bidang analisis perencanaan kota adalah dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2 (dua)  kutub magnet.



Persamaan umum model Gravitasi ini adalah :



Pi x Pj

Tij = ---------------

            (Dij)2

dimana :

Tij = pergerakan penduduk tempat  i ke tempat  j

Pi = jumlah penduduk di tempat  i

Pj = jumlah penduduk di tempat j

Dij = jarak antara tempat  i – tempat j

 

Penerapan model grafitasi pada interaksi sosial diperkenalkan oleh Reilly pada tahun 1929 dalam perniagaan. Para geograf pada abad ke-19 telah memakai hukum grafitasi Newton (1687).  

Bintarto (1983) menerapkan model grafitasi untuk empat kotamadya di jawa tengah dan DI Yogyakarta, Surakarta, Salatiga dan Magelang, yang lokasinya mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi-Merbabu. Dengan sarana model segi empat ini Bintarto mengukur interaksi sosial keempat kota tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut:



Model grafitasi interaksi antara ke empat kotamadya

Dik : Jumlah penduduk kota



Jarak terdekat antara ke empat kota;



*Maka apabila di hitung dengan formula gravitasi

I(Y- Su) =  398.192 x 462.825    =   51.192.559

                                (60)2

I(Su-Sa) =  462.825 x 85.740    = 22.495.814

                        (42)2

I(Sa-M) =  85.740 x 123.358    = 6.610.447

                        (40)2

I(M-Y) =   123.358 x 398.192   =  29.220.802

                        (41)2

Hasil perhitungan diatas menyatakan Surakarta dan Yogya sebagi kota yang memiliki interaksi terbesar (I = 51) artinya frekuensi hubungan sosial, ekonomi dan sebagainya antara kedua tempat tersebut tettinggi jika dibandingkan dengan interaksi antar kodya lainnya. Meski jarak antara keduanya adalah jarak terpanjang dibandingkan jarak Magelang-Salatiga, hal ini dikarenakan dua kodya tersebut merupakan kota budaya dan kota pelajar, jalan yang menghubungkan kedua kota memudahkan transferabilitas disamping jumlah penduduk yang besar pula.

Teori gravitasi juga dapat di terapkan dan di pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di setiap kawasan. Gravitasi dan migrasi juga di kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian perpindahan penduduk seperti yang telah di terapkan oleh sarjana-sarjana di Negara maju. Perhitungan gravitasi dengan formula tipe Pareto hanya memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-hambatan dalam proses perpindahan penduduk tidak hanya faktor jarak tetapi juga ada hambatan alami, seperti topografi, iklim, hutan, daerah aride, dan sebagainya. Hambatan-hambatan yang bersifat alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari stu tempat ke tempat yang lainnya.

Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah, terutama terletak pada variabel yang digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika variabel yang digunakan, yaitu molekul suatu zat mempunyai sifat yang homogen, namun tidak demikian halnya dengan unsur pembentuk kota, misalnya penduduk. Namun demikian, hal ini telah dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya memasukan variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai faktor pembobot.



·         Teori Dorong Tarik



Menurut Everet S. Lee migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau terpaksa. Jadi migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya perpindahan, mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan dan bermacam-macam rintangan yang menghambat.. Factor jarak merupakan factor yang selalu ada dari beberapa factor penghalang .

Factor-faktor migrasi :
1. factor-faktor yang terdapat di daerah asal.
2. factor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
3. factor penghalang antara
4. factor-faktor pribadi (individu).



C.      Kesimpulan



Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor fisiogafis, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran interaksi keduanya.



Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :

ü  Secara bahasa, masalah kependudukan dapat diartikan sebagai kesulitan yang terjadi dalam masyarakat yang perlu diatasi dan di selesaikan masalahnya dengan solusi – solusi tertentu. 

ü  Masalah pribadi bisa dipecahkan sendiri oleh orang bersangkutan.

ü  Masalah sosial harus dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama.

ü  Masalah-masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia antara lain persebaran penduduk yang tidak merata, jumlah penduduk yang begitu besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya kualitas penduduk, rendahnya pendapatan per kapita, tingginya tingkat ketergantungan, dan kepadatan penduduk.



D.     Saran



Manusia tidak luput dari masalah, baik itu masalah pribadi ataupun masalah kependudukan (sosial). Banyak permasalahan kependudukan yang telah disebutkan, diantaranya tindak kejahatan, kepadatan penduduk dan lainnya. Tinggal bagaimana masing – masing individu atau suatu masyarakat menyelesaikan masalah dengan solusi yang baik. Dan hendaklah kita sebagai warga masyarakat selalu aktif terlibat dalam menyelesaikan permasalahan kependudukan tersebut.



E.     Sumber