FENOMENA KEPADATAN PENDUDUK
A.
Latar Belakang
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk
yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer
persegi. Ciri-ciri kepadatan penduduk yang makin lama makin tinggi adalah
tingginya pertumbuhan penduduk yang terus berjalan dan meningkatnya jumlah
pemukiman di daerah tersebut.
Pertumbuhan
di dunia sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dunia yang
berjumlah hampir mencapai 10 milliar jiwa. Adapun pembengkakan jumlah penduduk
di dunia ini disebabkan angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian
bayi. Variabel-variabel dalam problema kependudukan sangatlah kompleks,
meliputi penduduk itu sendiri, kemiskinan, kesempatan kerja, pemukiman,
kesehatan, gizi pendidikan, kejahatan, pencemaran lingkungan, krisis ekonomi,
kelaparan, sandang, air bersih, kebodohan, keterbelakangan, fasilitas umum,
fasilitas sosial. Nyaris faktor kepadatan penduduk menjadi pangkal segala
problematika kehidupan manusia itu sendiri. Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang tinggi sekitar 200juta jiwa, walaupun program
Keluarga Berencana (KB) telah dilakukan namun kelahiran tidak bisa dihindari.
Bila
dilihat dari luas wilayah pada peta persebaran penduduknya telihat tidak
merata. Berdasarkan sensus penduduk 60% penduduk tinggal di pulau jawa
sedangkan luas pulau jawa hanya 7% dari luas wilayah Indonesia. Sedangkan pulau
Kalimantan yang luas dengan luas wilayahnya hanya ditempati 5% dari jumlah
penduduknya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kepadatan penduduk tidak
seimbang.
B. Analisa
·
Teori gravitasi
Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus
diantara dua region dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang
bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region.
Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola
interaksi atau keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah
lainnya, adalah Model Gravitasi. Dalam hokum gravitasi dikatakan
“besarnya kekuatan tarik menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik
dengan jarak dua benda pangkat dua.” Penerapan model ini ini dalam bidang analisis perencanaan kota adalah
dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau
potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat
dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2 (dua) kutub magnet.
Persamaan umum model Gravitasi ini
adalah :
Pi x Pj
Tij = ---------------
(Dij)2
dimana :
Tij = pergerakan penduduk tempat
i ke tempat j
Pi = jumlah penduduk di
tempat i
Pj = jumlah penduduk di
tempat j
Dij = jarak antara
tempat i – tempat j
Penerapan model grafitasi pada interaksi sosial diperkenalkan oleh Reilly
pada tahun 1929 dalam perniagaan. Para geograf pada abad ke-19 telah memakai
hukum grafitasi Newton (1687).
Bintarto (1983) menerapkan model grafitasi untuk empat
kotamadya di jawa tengah dan DI Yogyakarta, Surakarta, Salatiga dan Magelang,
yang lokasinya mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi-Merbabu. Dengan
sarana model segi empat ini Bintarto mengukur interaksi sosial keempat kota
tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut:
Model grafitasi interaksi antara ke empat kotamadya
Dik : Jumlah penduduk kota
Jarak terdekat antara ke empat kota;
*Maka apabila di hitung dengan formula
gravitasi
I(Y- Su) = 398.192
x 462.825 =
51.192.559
(60)2
I(Su-Sa) = 462.825
x 85.740
= 22.495.814
(42)2
I(Sa-M) = 85.740
x 123.358
= 6.610.447
(40)2
I(M-Y) = 123.358 x 398.192 =
29.220.802
(41)2
Hasil perhitungan diatas menyatakan Surakarta dan Yogya sebagi kota yang
memiliki interaksi terbesar (I = 51) artinya frekuensi hubungan sosial, ekonomi
dan sebagainya antara kedua tempat tersebut tettinggi jika dibandingkan dengan
interaksi antar kodya lainnya. Meski jarak antara keduanya adalah jarak
terpanjang dibandingkan jarak Magelang-Salatiga, hal ini dikarenakan dua kodya
tersebut merupakan kota budaya dan kota pelajar, jalan yang menghubungkan kedua
kota memudahkan transferabilitas disamping jumlah penduduk yang besar pula.
Teori gravitasi juga dapat di
terapkan dan di pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di setiap kawasan.
Gravitasi dan migrasi juga di kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian
perpindahan penduduk seperti yang telah di terapkan oleh sarjana-sarjana di
Negara maju. Perhitungan gravitasi dengan formula tipe Pareto hanya
memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-hambatan dalam proses perpindahan
penduduk tidak hanya faktor jarak tetapi juga ada hambatan alami, seperti
topografi, iklim, hutan, daerah aride, dan sebagainya. Hambatan-hambatan yang
bersifat alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari stu tempat ke
tempat yang lainnya.
Kelemahan penerapan model ini dalam analisis wilayah, terutama terletak
pada variabel yang digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika variabel
yang digunakan, yaitu molekul suatu zat mempunyai sifat yang homogen, namun
tidak demikian halnya dengan unsur pembentuk kota, misalnya penduduk. Namun
demikian, hal ini telah dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya memasukan
variabel massa saja, tetapi juga gejala sosial sebagai faktor pembobot.
·
Teori Dorong Tarik
Menurut Everet S. Lee
migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau
semi permanen. Disini tidak ada pembatasan, baik pada jarak perpindahan maupun
sifatnya, yaitu apakah perbedaan itu bersifat sukarela atau terpaksa. Jadi
migrasi adalah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan ada
niatan menetap di daerah tujuan. Tanpa mempersoalkan jauh dekatnya perpindahan,
mudah atau sulit, setiap migrasi mempunyai tempat asal, tempat tujuan dan
bermacam-macam rintangan yang menghambat.. Factor jarak merupakan factor yang
selalu ada dari beberapa factor penghalang .
Factor-faktor migrasi :
1. factor-faktor yang terdapat di daerah asal.
2. factor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
3. factor penghalang antara
4. factor-faktor pribadi (individu).
1. factor-faktor yang terdapat di daerah asal.
2. factor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
3. factor penghalang antara
4. factor-faktor pribadi (individu).
C. Kesimpulan
Gaya tarik dua kota dapat
di buktikan dengan adanya mobilitas
ataupun bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya
tarik kota yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang
dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur -
unsur pendukung suatu kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik
antar kota, faktor fisiogafis, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan
memunculkan suatu interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya.
Adanya komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar
kedua kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta
antar keduanya. Semakin besar tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan
daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi
dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran
interaksi keduanya.
Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
ü
Secara bahasa, masalah
kependudukan dapat diartikan sebagai kesulitan yang terjadi dalam masyarakat
yang perlu diatasi dan di selesaikan masalahnya dengan solusi – solusi
tertentu.
ü
Masalah pribadi bisa
dipecahkan sendiri oleh orang bersangkutan.
ü
Masalah sosial harus
dipecahkan atau diatasi secara bersama-sama.
ü
Masalah-masalah
kependudukan yang terjadi di Indonesia antara lain persebaran penduduk yang
tidak merata, jumlah penduduk yang begitu besar, pertumbuhan penduduk yang
tinggi, rendahnya kualitas penduduk, rendahnya pendapatan per kapita, tingginya
tingkat ketergantungan, dan kepadatan penduduk.
D.
Saran
Manusia tidak luput dari masalah,
baik itu masalah pribadi ataupun masalah kependudukan (sosial). Banyak
permasalahan kependudukan yang telah disebutkan, diantaranya tindak kejahatan,
kepadatan penduduk dan lainnya. Tinggal bagaimana masing – masing individu atau
suatu masyarakat menyelesaikan masalah dengan solusi yang baik. Dan hendaklah
kita sebagai warga masyarakat selalu aktif terlibat dalam menyelesaikan
permasalahan kependudukan tersebut.
E.
Sumber