BUDAYA ASING YANG SULIT DITERIMA
DAN MUDAH DITERIMA DI INDONESIA
Kaitan Manusia Dengan Kebudayaan
Manusia
seperti yang kita tahu, sangat erat kaitannya dengan arti kebudayaan.
Kebudayaan itu ibaratnya seperti ciri khas dari manusia yang menggunakan
kebudayaan tersebut. Banyak sekali kebudayaan di negara Indonesia tercinta kita
ini, salah satunya adalah seperti kebudayaan Jawa, dan masih banyak lagi.
Hakikat
manusia dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan adalah suatu keharusan agar
tidak terpengaruh oleh kebudayaan lainnya. Kita harus menjaga keaslian budaya
kita karena kebudayaan tersebut merupakan warisan dari nenek moyang kita
dahulu. Namun akhir-akhir ini, kita pasti sudah tahu kalau banyak dari
kebudayaan di negara kita ini telah terpengaruh oleh kebudayaan luar, khususnya
kebudayaan barat. Ya, itu benar. Ini merupakan efek dari arus globalisasi yang
sangat kencang sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bebas
keluar masuk ke dalam negara kita ini sehingga kebudayaan kita agak sedikit
‘terpengaruh’ oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ini merupakan
kelalaian masyarakat sekarang yang tidak mampu menjaga keaslian budaya itu
merupakan warisan dari nenek moyang kita terdahulu. Tapi ini sudah terlambat
untuk diatasi. Mengapa? Ibaratnya itu kita seperti berjalan melawan arus yang
sangat kencang, seperti itulah yang masyarakat kita sedang alami. Mereka tidak
mempersiapkan pertahanan untuk melawan arus kencang tersebut. Bahkan mereka
mulai mengikuti arah arus tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena jika ini
dibiarkan terus maka kebudayaan asli kita akan perlahan-lahan hilang. Tidakkah
kita berpikir, bagaimana dengan anak cucu kita kelak yang akan mewariskan
kebudayaan kita, sedangkan kebudayaannya itu sudah ‘tercemar’ oleh kebudayaan
asing atau luar? Apakah mereka akan bangga dengan kebudayaannya itu? Sungguh
ironis memang.
Jadi
kesimpulan dari uraian di atas adalah kaitan manusia dan kebudayaan sangatlah
erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil karya cipta dan karsa dari manusia
itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat mengatur kehidupan manusia untuk hidup
bersosialisasi dengan manusia lain di sekitarnya. Dan kebudayaan dapat hilang
karena masuknya budaya lain. Oleh sebab itu, banyak suku lain menolak
kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak kebudayaan yang mereka anut
sejak jaman dahulu.
Kebudayaan Yang Mudah Diterima di Indonesia
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut benar – benar dianut oleh masyarakat pada bangsa timur terutama Indonesia. Rasa kebersamaan yang kuat bisa dibilang sebagai kepribadian bangsa. Segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadianyang ada, karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
Sistem ideologi yang ada biasanya meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi sebagai pengarahan dan pengikat perilaku manusia atau masyarakat agar sesuai dengan kepribadian bangsa yang sopan, santun, ramah, dan tidak melakukan hal – hal yang dapat mencoreng kepribadian bangsa. Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat. Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Pada saat unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut.
Pada dasarnya masyarakat daerah timur dengan contoh Indonesia, sangat terbuka dan toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika serta adat istiadat yang ada di Indonesia. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain – lain.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Kebudayaan Yang Sulit Diterima di Indonesia
Di antara berbagai faktor
yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur kebudayaan baru atau
asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:
1. Terbiasanya masyarakat
tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan orang-orang yang berasal
dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Sebuah
masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan dengan orang yang beraneka ragam
kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang bersikap terbuka
terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap mudah menerima kebudayaan asing
lebih-lebih lagi nampak menonjol kalau masyarakat tersebut menekankan pada ide
bahwa kemajuan dapat dicapai dengan adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang
datang dan berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari
kebudayaan yang datang dari luar.
2. Kalau pandangan hidup dan
nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut ditentukan oleh nilai-nilai
yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini terjalin erat dalam
keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut; maka penerimaan
unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami kelambatan karena
harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan pada ajaran agama
yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru akan dapat diterima
jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama
yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak pranata-pranata yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial
suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru.
Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter akan sukar untuk
dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau unsur kebudayaan baru
tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan oleh rezim yang berkuasa
sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu unsur kebudayaan
baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat kalau sebelumnya sudah
ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur
kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa, adanya sepeda sebagai
alat pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di terimanya sepeda motor di
daerah pedesaan di Jawa; dan memang dalam kenyataan demikian.
5. Sebuah unsur baru yang
mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan
kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan, dibandingkan dengan
sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang sukar secara
konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio transistor
dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari golongan
berpenghasilan rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.
Dari beberapa pokok
pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan penerimaan unsur-unsur
baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena: 1) inovasi tersebut
bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang sudah ada; 2) kalau inovasi tersebut
akan mengakibatkan perubahan pola-pola kebudayaan dan struktur sosial yang
sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru; 3) kalau inovasi tersebut
bersifat mendasar berkenaan dengan pandangan hidup atau nilai yang ada dalam
masyarakat bersangkutan: misalnya “free lover” untuk masyarakat Indonesia akan
ditentang kalau harus diterima sebagai suatu cara hidup; 4) disamping itu bila
inovasi itu dianggap terlalu mahal biayanya juga akan terhambat dalam
penciptaannya maupun dalam penyebaran atau difusinya, terkecuali kalau oleh
kelompok yang digolongkan sebagai “vested interests” (suatu kelompok yang
mempunyai pengaruh atas kehidupan sosial dan mempunyai andil untuk menarik
keuntungan atas kehidupan sosial yang ada) inovasi tersebut dianggap
menguntungkan maka inovasi akan diterima.
Penerimaan atas unsur baru
atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya berbagai kekacauan sosial yang
merupakan perwujudan- perwujudan dari proses perubahan sosial, sebelum inovasi
tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku dalam tata kehidupan sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut biasanya dinamakan
sebagai disorganisasi sosial (social disorganization). Dalam keadaan kekacauan
sosial ini, aturan-aturan atau norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi atau
sebagian-sebagian masih berlaku sedangkan aturan-aturan atau norma-norma lama
tersebut dalam mengatur kehidupan sosial warga masyarakat. Sehingga dalam tahap
ini terdapat semacam kebingungan atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan
sosial.
Bila unsur-unsur baru telah
mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan baru telah mantap menjadi
pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan bahwa
masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya
suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial
terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang
mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
unsur-unsur
kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.