- Lupa, melupa, atau dilupakan itu seperti hidup, tak bisa direncanakan. Sekuat apapun komitmen kita dan sekolot apapun kita, bahkan walau sudah terikat janji, tapi kalau yang namanya lupa, hilang semuanya. Hancur.Hidup seperti roda itu benar, kadang kita ada di atas, di tengah, bahkan di bawah, hingga terlindas sekalipun. Salah satunya soal teman. Ada kalanya kita punya banyak teman, dan kadang kita kesepian. Ya, benar-benar sepi. Senyap. Teman yang dulu dipuja-puja, dibanggakan, dilebihkan dari segalanya, kini meninggalkan kita sendirian. Benar-benar sendiri.Memang sosialisasi dan adaptasi itu sangat diperlukan. Move on dari masa lalu dan harus terus melangkah ke depan itu juga sangat amat perlu. Terkadang kita terjebak masa lalu dimana kita mengalami hal-hal terindah. Sedang senang-senangnya dengan teman, sedang merasakan hangat-hangatnya kekeluargaan dan persahabatan, sedang merasakan cepatnya waktu bergulir jika bermain bersama. Semuanya jadi lupa, dinomorduakan, terbengkalai. Hal itu tidak sepadan saat kita dilupakan oleh sahabat, yang selalu ada dan selalu bersama kapanpun dan dimanapun.Sekarang semua berbeda, jauh, jauh berbeda sekali. Setelah ada kejadian mengerikan yaitu pembagian kelas, aku kesedihan yang sangat amat mendalam. Mulai dari teman, guru, tugas, kegiatan, dan masih banyak lagi. Mutiara yang dulu aku temukan, kini kembali hanyut. Setelah masuk ke kelas masing-masing, egoisme mulai menyelimuti. Entah apakah aku yang terlalu agresif, apakah aku terlalu cemburu, atau karena aku tidak menemukan keseruan seperti yang mereka alami. Mata menangis, hati menangis.Di situlah hidup memberi pelajaran kepadaku, betapa labilnya dunia. Semesta ini punya banyak misteri. Kadang memanjakan kita tetapi kadang menampar kita hingga pipi kita terluka. Peringatan untuk tidak selalu bangga dengan apa yang kita punya termasuk sahabat mulai dinyalakan. Mengajarkan dan memberi tau bagaimana jadi orang yang merasa asing dari sekumpulan orang, dan harus bingung kesana kemari untuk mencari keramaian. Sakit rasanya, sakit sekali.Sebenarnya, semua itu hanya butuh sosialisasi aktif. Menjadi anggota kelas yang berasal dari kelas yang paling berbeda sebelumnya dan dari lorong bahkan gedung yang berbeda itu beban mental. Krik krik sekali saat di kelas. Namun, asalkan kita mampu mengendalikan emosi dan membuka kotak supel kita, banyak kok yang bisa kita dapatkan. Tapi jika ingat dengan masa lalu, apalagi belum terlalu lalu, hal seperti ini sangat sulit untuk disembunyikan dari raut wajah. Peran kita dalam mengondisikan kelas juga sangat berpengaruh, pandai-pandailah dalam hal ini.Aku nggak tau harus seneng apa sedih dengan lingkungan baru ini, yang aku tau dibalik semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Allah Maha Adil.
Senin, 02 Mei 2016
Allah maha Adil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar